Cerita Kami di Identifikasi dan Verifikasi Calon Penerima Bantuan BBM Bersubsidi untuk Nelayan
Artikel ini berisi cerita kami saat melakukan verifikasi calon penerima bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun 2025 bagi nelayan kecil di Kabupaten Sukamara.
Bagi Anda yang penasaran dengan ceritanya, simak artikel ini hingga akhir, ya!
Desa Sungai Tabuk
Cerita perjalanan kami dimulai dari Desa Sungai Tabuk. Sebanyak 8 orang berangkat pukul 09.00 WIB dari kantor menggunakan mobil Sigra. Penuh sesak dalam satu mobil oleh penumpang sudah pasti. Ada lagi barang bawaan seperti printer, toples, dan air mineral satu dus yang menambah sesak mobil Sigra.
Untunglah perjalanan sekitar 45 menit itu tidak terlalu berat. Jalan yang sudah beraspal dan tidak sedikit lubang sudah cukup membuat nyaman perjalanan.
Setibanya di desa tujuan, kami melaporkan agenda kami pada hari itu di kantor desa. Mengabarkan apa agenda yang akan kami lakukan di Desa Sungai Tabuk kepada perangkat desa.
Obrolan yang tidak terlalu panjang itu berakhir dengan sesi foto bersama. Setelahnya, kami bergegas menuju lokasi pendataan di satu titik, Sungai Pinang.
Sungai Pinang adalah perbatasan antara RT 02 dan 03 Desa Sungai Tabuk. Penghubung antar RT ini adalah jembatan kayu belian yang baru saja dibangun kembali setelah tahun lalu mereng sebelah dan mau ambruk.
Benar saja, kami telah ditunggu oleh nelayan-nelayan sejak pagi Jumat. Pada pagi itu nelayan memang tidak melaut. Menurut nelayan pada bulan ini adalah musim rajungan.
Tambatan perahu mini yang baru saja selesai di bangun sebelum tahun 2024 berakhir itu pun membuat nyaman pengunjungnya. Ada tempat duduk santai dan tidak kepanasan karena tambatan perahu mini lengkap dengan atap. Bahkan di tambatan perahu mini sudah ada colokan listrik dan lampu penerang.
Identifikasi dan verifikasi berlangsung kurang lebih 2 jam setengah. Tepat sebelum masuk salat Jumat, kami sudah bisa bernapas lega sebentar untuk istirahat dan menuju masjid.
Cuaca yang cerah membuat kami gerah dan kehausan. Tenggorokan kering ini pun rasanya mau yang seger. Minum es teh adalah targetnya. Sambil santai di warung, es teh dan roti ramayana ternyata memuaskan dahaga dan perut.
Hingga berkumandang adzan pertama salat Jumat kami barulah ke masjid.
Sejak peternakan ayam potong masuk ke desa, kerumunan lalat ada di mana saja. Karpet masjid pun menghitam kerumunan lalat. Walau sangat meresahkan, tapi sudah menjadi dari resiko yang harus dihadapi. Hidup berdampingan dengan lalat-lalat yang selalu membuat khawatir ketika hingga di makanan yang tidak tertutup rapat.
Sepulangnya dari salat Jumat kami penasaran dengan kelapa muda. Coba negosiasi dengan pemiliknya, kami diizinkan untuk mengambilnya. Masih kurang ilmu memilih kelapa muda yang pas, malah dapat kelapa yang baru mulai berdaging tipis. Jatuhnya dari pohon suka pecah.
Kelapa muda menjadi teman dari menu kakap goreng dan sambal cencaluk.
Nikmatnya bukan main. Berkali-kali sudah kami menambah sambal cencaluk. Perpaduan yang cocok sekali. Sebab, ada juga daung singkong yang menambah nikmat makan siang itu.
Untungnya, makan siang nikmat ini berada di rumah orang tua ketua tim verifikasi. Jamuan khususnya terasa sekali.
Jumat, 24 Januari 2025, ialah hari pertama kami sebagai tim verifikasi untuk mendata langsung calon penerima BBM bersubsidi yang menyenangkan.
Desa Sungai Pasir
Mulai dari bawah pohon mangrove api-api, di bawah pohon kelapa, dan di rumah Pak Ketua RT, kami bertemu dengan nelayan Desa Sungai Pasir.
Pertemuan itu ada di empat titik kumpul nelayan yang berada di Sungai Pasir: Sungai Ramis, Sungai Buntu, Sungai Lunci, dan Dermaga RT 06.
Pendataan ini tidak sesuai yang kami prediksi. Dan juga jumlah nelayan di Desa Sungai Pasir juga lebih dari perkiraan.
Di hari Jumat, 31 Februari 2025, bersama matahari yang totalitas untuk memberikan semangat kepada kami itu pun berlangsung dengan lancar.
Terlebih, suasananya yang tidak beda dengan piknik.
Mengapa demikian?
Pada hari itu, kami sudah berencana untuk verifikasi dengan sedikit piknik. Perlengkapan piknik keluarga seperti nasi, tikar, kompor portable, dan juga kopi suda kami bawa dari Sukamara.
Tidak hanya itu, lauk pauk seperti ikan asin dan cencaluk juga ada untuk melengkapi perbekalan piknik.
Sesampainya di RT 06, kompor, kopi, dan pop mie tidak bergerak sama sekali.
Ribet katanya. Sudah ada cencalu, tempe goreng, mie goreng, dan rajungan rebus yang sudah siap makan dan kenyang.
Santap siang itu benar-benar berpihak pada kami.
Terlebih, es kelapa muda milik ketua RT ternyata menjadi pelengkap sesudah makan yang enak itu.
Usai makan enak dan perut yang sudah sesak, perjalanan masih berlanjut di RT 02. Kami kira pertemuan di Sungai Lunci sedikit saja.
Lagi-lagi di luar prediksi, jumlah nelayan dan jarak ke muara sungai itu pun juga jauh.
Jalan jauh ini pun ternyata juga bermanfaat. Di perjalanan pulang, kami pun dihentikan oleh nelayan setempat untuk singgah sebentar.
Memang rejeki tidak kemana, kami pun disuguhkan nasi dan beberapa lauk di nampan atau juga disebut saprahan itu menjadi makan sore kami.
Desa Sungai Pasir menjadi desa kedua verifikasi BBM bersubsidi tahun 2025 yang lepas di luar perkiraan kami.
Di luar pekiraan jumlah nelayannya.
Tidak kami kira bisa se-happy itu.
Di luar perkiraan dapat makan sore di tempat kondangan nikahan.
Desa Sungai Cabang Barat
Cabang Barat atau juga disebut Jorong adalah desa yang berada di pusat Kecamatan Pantai Lunci.
Di desa ini punya banyak nelayan penangkap rajungan, udang, ikan bertulang sejati, dan ikan bertulang rawan.
Terdiri dari 10 RT dan 5 titik pertemuan, di desa ini kami harus melaksanakan identifikasi selama dua hari.
Hari pertama kami berada di RT 06 hingga 10. Sedangkan hari kedua adalah RT 01 sampai 05.
Mulai dari kekenyangan minum air kelapa sampai kenyang makan siang dengan lauk ikan asin kembung jadi ialah menu yang pas di teriknya matahari siang itu.
Maklum saja, pada bulan Februari awal tahun 2025 ini, nelayan Sungai Cabang Barat banyak menangkap ikan kembung. Terutama nelayan-nelayan pure seine.
Desa Sungai Damar
Di bawah pohon cemara yang condong ke timur karena angin yang bertiup cukup kencang, kami menjumpai nelayan RT 01 hingga 04 Desa Sungai Damar.
Umumnya nelayan di desa ini adalah nelayan udang dan ikan.
Siang menjelang sore itu pun kami menerima rezeki tidak terduga. Ikan bawal bakar besar bagian ekornya dagingnya nikmat sekali.
Kami sebenarnya hanya ingin menumpang tempat untuk makan. Tapi ternyata ada keluarga nelayan yang sedang membakar ikan dan senang hati membaginya kepada kami.
Tekstur daging ikan bawal bakar memang khas. Tak bisa berhenti mengutip daging yang masih panas itu. Segar sekali dagingnya, karena ikannya baru didapat pagi tadi.
Desa Sungai Baru
Salah satu desa yang berada di Kecamatan Jelai ini jumlah penduduknya tidak lebih dari 100 KK dan mayoritas beragama muslim. Di desa ini hanya memiliki satu sekolah, yakni Sekolah Dasar.
Nah, untuk fasilitas kesehatannya, Desa Sungai Baru punya satu bangunan poskesdes. Namun, sudah terbengkalai atau tidak terawat lagi.
Di jalan desa yang hanya cukup satu mobil itu ada banyak anjing berlalu lintas dan juga hewan-hewan ternak (unggas) yang berkeliaran.
Karena desa ini tidak lebih dari 100 KK, dan hanya punya tempat ibadah satu buah masjid yang sedang dalam tahap renovasi. Dan sungguh sayang masjidnya masih kurang terawat.
Sebagai desa yang berada di garis pantai tidak bisa terhindar dari banjir rob dan pasang tinggi.
Pada akhir tahun 2024, Desa Sungai Baru adalah salah satu desa yang terdampak banjir rob. Menurut warga, banjir rob memang sering terjadi setiap tahunnya sebanyak satu kali.
Karena sudah beradaptasi dengan lingkungannya, masyarakat setempat menganggap hal ini sudah biasa saja.
Dan mereka sangat bersyukur, karena pada akhir tahun 2024 sudah bisa menikmati air tawar dari PDAM.
Selain PDAM, fasilitas lainnya seperti listrik juga lebih dulu ada di Desa Sungai Baru untuk menerangi di gelapnya malam.
Walau berada di daerah pesisir yang jauh dari kabupaten/kota. Desa Sungai Baru dianugrahi oleh laut yang kaya.
Nelayan adalah profesi utama yang ada di desa ini. Tangkapan utama mereka adalah udang ayu.
Udang ayu memberikan kehidupan yang pasti bagi penduduk desa. Satu kilo udang ayu super hidup bisa tembus mencapai 700 ribu.
Baca Juga: Penyaluran BBM Sebanyak 5.300 liter Dexlite di Desa Sungai Tabuk dan Sungai Damar
Kuala Jelai
Matahari belum membenamkan dirinya, kapal-kapal nelayan mulai merapat. Ibu-ibu sibuk memilah-milah ikan kecil dan besar.
Angin yang membawa aroma ikan asin pun menusuk hidung sudah biasa dihirup sehari-hari. Inilah kehidupan di Kuala Jelai.
Nelayan ialah profesi terbesar di Kuala Jelai untuk menghidupi keluarga dan pendidikan anak-anaknya.
Di tanggal 15 April 2025 kami berkesempatan menjumpai nelayan-nelayan Kuala. Verifikasi calon penerima BBM bersubsidi untuk nelayan pada hari itu adalah daerah terakhir yang kami kunjungi.
Hari yang tenang memang tidak mereka sia-siakan untuk melaut. Tak heran jika pada kesempatan itu tidak banyak nelayan yang bisa kami jumpai.
Mungkin ini juga dari kekecewaan nelayan pada waktu itu. Dan itu memang bukan atas kendali kami. Kami hanya bisa berjuang sampai kepada kemampuan yang ada.
Namun, kami harap kekecewaan yang ada tidak berlarut-larut. Pasalnya kami juga tidak mau nelayan kami merasa kecewa.